Sulit
untuk mengatakan kondisi kami dari sudut pandang kami sendiri. Bukan masalah
kami tidak bisa mengoreksi diri kami sendiri, tapi adanya ajaran yang sudah
ditanamkan pada kami selama bertahun-tahun hidup kami bahwa “yang bisa
mengoreksi diri kita adalah orang lain”. Ternyata, teguran sudah berulang kali
diberikan kepada para mahasiswa. Hanya saja masih berupa teguran yang bersifat
personal. Jujur saja, bukan hanya kondisi mahasiwa UISI saja yang semakin
memburuk namun memang etika di masyarakat sudah semakin menipis. Mungkin efek
global warming yang membuat menipisnya lapisan atmosfer juga menipiskan etika
masyarakat. Terutama mahasiswa, karena seperti yang dikatakan dan ditekankan
kepada kami. Mahasiswa merupakan wakil masyarakat baik dalam beraspirasi maupun
bertindak. Bukankah begitu yang dikatakan senior maupun dosen-dosen? Ada yang
bilang “peraturan dibuat untuk dilanggar”. Terkadang memang kalimat itu
berguna, tapi bukan berarti juga bisa diterapkan dimana saja dan kapan saja.
Sekarang mari kita ulas satu persatu kondisi yang ada pada diri mahasiswa UISI.
Tidak
adanya rasa takut pada sanksi adalah yang paling utama. Saya juga tidak habis
pikir bagaimana orang bisa tidak takut pada hukuman dan tidak menyadari
kesalahan yang telah dilakukan. Ada hal yang menurut saya merupakan teguran
yang cukup memalukan. Saya tau jika ada salah satu mahasiswa yang ditegur lewat
pamphlet yang ditempel di mading karena melanggar peraturan kampus yaitu
dilarang merokok di dalam lingkungan kampus. Mungkin cara seperti itulah yang
diinginkan anak-anak masa kini. Mereka lebih baik dipermalukan dan direndahkan
dibandingkan harus menerima teguran, amarah dan lain-lain. Padahal sejak kecil
orang tua kita pasti telah mengajarkan bahwa kita harus berani bertanggung
jawab dengan apa yang telah kita lakukan dan itu berarti kita harus menerima
konsekuensi apapun dari kesalahan yang telah dilakukan.
Merusak fasilitas sekitar adalah kesalahan paling fatal yang
telah dilakukan para mahasiswa. Sebuah ruang kelas di G1 telah menjadi saksi
bisu dari kejahatan non-victim ini. di ruang kelas tersebut ada beberapa
tepatnya sekitar dua meja yang dicoret-coret oleh tangan tak bertanggung jawab.
Masih bagus jika coretan itu mengandung makna yang mendidik atau nilai seni
yang tinggi. Namun sayangnya coretan ini hanyalah sekedar coretan dengan makna
kosong. Dan bagaimana dengan teman-temannya yang melihat perbuatannya itu. Tidakkah
seharusnya mereka menegur maupun mencegah hal itu. Itulah hal yang paling
disedihkan dari hal ini. kita boleh melakukan hal yang melanggar peraturan JIKA
hal tersebut mampu membawa dampak baik bagi kampus ataupun lingkungan sekitar. Dan
lagi, setelah mengetahui bahwa dia telah melakukan kesalahan itu pelaku sama
sekali tidak berniat untuk menghapus coretan itu. Tidak berpikirkah ia bahwa
yang akan membersihkan meja itu nantinya adalah pesuruh kampus. Hal ini juga
membuktikan bahwa mahaiswa kini juga sudah tidak menghargai seseorang. Jika tidak,
bagaimana bisa ia membiarkan seseorang membersihkan sisa hasil perbuatannya.
Yang paling terakhir dan yang paling penting adalah tidak
adanya kesadaran mahasiswa untuk aktif mengikuti kegiatan kampus. Mungkin karena
mereka tidak mengerti bahwa menyelenggarakan sebuah event, acara, maupun
kegiatan bukanlah hal yang mudah. Saya mengerti, kita sebagai mahasiswa juga
butuh waktu untuk istirahat. Kalian juga harus memikirkan bahwa penyelenggara
acara juga butuh istirahat dan usaha yang mereka kerahkan juga lebih besar disbanding
kita yang hanya tinggal menghadiri saja. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang
menjawab dengan kata “malas”. Coba dipikirkan terlebih dahulu sebelum
mengatakan kata itu. Balik keadaan nya, bagaimana jika kau mengharapkan
kehadiran seseorang pada acara yang kau selenggarakan dan dibalas “malas”. Sebelum
kau mengatakan hal tersebut balik keadaanya dulu seandainya orang yang
mengatakan itu padamu. Kembali lagi, ini namanya tidak menghargai orang lain.
Selain itu ada juga jawaban “aku nggak suka di kampus
lama-lama”. Hei, perhatikan kalimat itu. Kau pikir jika di kampus kau tidak
akan mendapatkan hal yang berguna? Banyak hal baru yang akan kau dapatkan jika
kau berlama-lama di kampus. Pemikiranmu yang sebelumnya hanya secuil kecil akan
meluas menjadi hal besar yang tidak akan pernah bisa kau bayangkan. Kau akan
mendapat teman baru, pengetahuan baru, dan moment-moment baru yang tidak akan
pernah terlupakan. Apalagi jika kau bergaul dengan orang yang memiliki banyak
pengalaman dalam berorganisasi. Pengalaman itulah yang akan membawamu ke
pengalaman berikutnya.
Jadi, yang saya maksut dengan tertutupi adalah hal-hal dan
etika baik yang sudah tertutupi dengan majunya zaman. Hal-hal yang seharusnya
terus dibudayakan oleh masyarakat Indonesia sebagai budaya ketimuran. Dan menutupi
adalah orang-orang disekitar yang hanya diam saja melihat perbuatan yang tidak
pantas ini. bahkan terkadang menutupi kejadian ini. tidak mau mengaku atau
melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Dan satu-satunya hal yang bisa
dilakukan saat ini hanyalah memperbaiki semuanya dari diri sendiri dulu. Saran saya,
tidak usah mengajak teman untuk berbuat lebih. Bukannya egois atau selfish,
tapi jika kita sudah usaha namun tidak digubris. Apalagi jika sekali dua kali
sudah mengajak tapi ditolak jadi lebih baik apapun yang terjadi dengan teman
anda nantinya biar resiko ditanggung dirinya sendiri. Sehingga kita bisa
menjadi pribadi yanglebih baik.
Sincerely,
Vanessa D Tjugiarto