Rabu, 09 Desember 2015

The Day Before (eps1)

Kertas ini sudah ada ditanganku.
Lalu aku harus apa? Menulis jawabannya? Bagaimana ini?

10 menit kemudian

"Kau sudah selesai mengerjakannya?"
"Sudah Bu"
"Cepat sekali. Nilaimu bukan hanya selalu baik, tapi kau juga menyelesaikannya degan sangat cepat. Bagus sekali"
"Anda tidak usah berlebihan Bu. Saya hanya berusaha sesuai kemampuan saya. Saya permisi dulu, selamat siang Bu"

Dia adalah Zoey. Usia 16 tahun. Baru saja memasuki tahun pertama di SMA nya. Kehidupannya sudah berubah. Sungguh, ia tau itu. Ia benar-benar tau. 

"Zoey!"
Saat ia menoleh kebelakang tampak sosok yang sudah sangat akrab baginya, Darla.
"Kau? Sedang apa berkeliaran di koridor sekolah?"
"Hei, enak saja. Siapa yang berkeliaran. Aku baru saja dari kamar mandi. Justru kulihat kau yang sedang berkeliaran," matanya mengarah pada tas ransel temannya itu.
"Aku? Aku tidak berkeliaran. Aku mau pulang. Sudah ya, aku duluan"
"Hei tunggu! Kau sudah selesai mengerjakan ulangan? Ini bahkan belum 15 menit berlalu. Kau gila?"
"Aku lelah, kita bicarakan saja hal ini besok. Daaah"
"Anak itu benar-benar telah berubah", ia tersenyum sejenak dan kembali ke dalam kelas.
***
Hari ini langit sangat cerah. Matehari boleh saja bergembira sesuka hatinya. Karena hari ini, ia Zoey Clanders juga merasa sangat bahagia.Hari ini, hari ulang tahunnya. Dan hari ini juga, Ayahnya yang telah lama bekerja di Jepang akan kembali ke Indonesia.
“Mama, aku pulang!”
“Iya. Kemarilah Zoey, mama ada di taman belakang,” sahut Mamanya dari jauh.
“Papa akan pulang hari ini kan? Jam berapa Papa tiba? Tidak malam kan? Aku bisa menunggunya kan Mama?”
“Kau bisa bertanya satu persatu kan?” Dengan tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.
“Aku kan sudah tidak sabar bertemu Papa,” gerutunya dan mengikuti Mama masuk.
“Kita akan menunggu kabar dari Papa. Tenang saja dan bersabarlah. Ngomong-ngomong, bagaimana hari pertamamu di SMP?,” sambil berjalan menuju sofa dan menepuk tempat kosong disebelahnya.
Berjalan ke arah Mama nya dengan wajah cemberut .“Masih terasa seperti berada di SD. Seperti anak-anak. kapan kami akan diperlakukan seperti orang dewasa.”
Mama menoleh dan tertawa. “Kau akan merasakannya suatu saat nanti. Apa kegiatanmu setelah ini?”
“Emm menunggu Papa, menunggu Papa, dan menunggu Papa,” Zoey tersenyum jahil dan lari ke kamar.
Mama hanya bisa mengeleng-gelengkan kepaa sambil tersenyum dan berpikir kapan anak perempuannya itu akan bertingkah dewasa.
“Mama, aku sudah menunggu di kamar dengan belajar dan menonton film sebanyak mungkin. Tapi mengapa sampai selarut ini Papa belum juga pulang? Memang jam berapa penerbangannya?”
Mama tampaknya melamun sampai ia tak menyadari kehadiran Zoey disebelahnya. Dan tanpa sengaja, Zoey melihat acara televisi yang dilihat Mamanya. Sebuah pesawat dengan destinasi Jepang-Indonesia telah kehilangan kontak. Pihak bandara sudah mencoba menghubungi tapi masih tidak ada sinyal yang tertangkap.
“Mama! Hari ini ulang tahunku. Papa tidak boleh meninggalkanku. Tidak boleh meninggalkan kita. Nanti siapa yang akan menceritakanku tentang kisah-kisah lagi? Mama, aku harus bagaimana? Aku harus apa mama?” ia jatuh terduduk di lantai dan tidak bisa mengendalikan diri dan air matanya. Ia menyerah, ia tidak bisa menghadapi ini.
“Kita hanya harus bisa menerima. Hanya menerima. Menerima.”
Hari itu, di hari ulang tahunnya yang ke 13 separuh dari dunianya telah hancur. Ia kehilangan Papa yang dicintainya, disayanginya, yang paling sabar menghadapinya.
***
            Ia bersumpah pagi ini ia tidak akan bangun dan tidak akan masuk sekolah. Mungkin ia akan menulis surat izin palsu. Ya, itu ide yang bagus. Maka ia pun menutupkan lagi selimutnya dan memejamkan matanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar